
August 11-2025
Oleh: Dhania Puspa
Di era bisnis modern yang serba cepat, peran manajer tidak lagi sebatas memberi instruksi. Menurut John Whitmore, pelopor coaching modern dan penulis buku Coaching for Performance, manajer harus menjadi coach untuk membawa kinerja individu dan tim ke level yang lebih tinggi.
Pendekatan ini berakar pada keyakinan bahwa coaching dalam kepemimpinan adalah salah satu cara paling efektif untuk:
- Meningkatkan kinerja
- Mengembangkan potensi
- Mencapai tujuan organisasi secara berkelanjutan
Artikel ini akan membahas siapa John Whitmore, alasan kuat mengapa peran manajer sebagai coach sangat penting, perbedaan coaching dengan manajemen tradisional, serta langkah-langkah praktis membangun budaya coaching di organisasi.
Mengenal John Whitmore dan Filosofi Coaching
Sir John Whitmore (1937–2017) adalah tokoh penting dalam dunia coaching dan penggagas model GROW (Goal, Reality, Options, Will). Buku Coaching for Performance yang ia tulis telah menjadi rujukan global untuk para pemimpin, HR, dan praktisi pengembangan SDM.
Filosofinya sederhana namun revolusioner:
“Coaching adalah membuka potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerjanya. Ini adalah membantu mereka belajar, bukan mengajarkan.”
Whitmore percaya, kepemimpinan dengan coaching bukan hanya meningkatkan hasil kerja, tapi juga membentuk individu yang mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab.
Mengapa Manajer Harus Menjadi Coach?
- Meningkatkan Kinerja Tim
Dengan coaching, anggota tim dilibatkan untuk menemukan solusi sendiri. Rasa kepemilikan terhadap ide membuat mereka lebih termotivasi. - Mengembangkan Potensi Individu
Coaching membantu manajer mengenali kekuatan dan area pengembangan setiap anggota tim. - Memperkuat Hubungan Kerja
Peran manajer sebagai coach mendorong komunikasi dua arah yang lebih terbuka dan empatik. - Mendorong Budaya Pembelajaran
Budaya coaching menciptakan lingkungan kerja yang memandang tantangan sebagai peluang untuk belajar. - Meningkatkan Adaptabilitas Organisasi
Tim yang dibimbing dengan coaching lebih siap mengambil keputusan kritis.
Coaching vs. Manajemen Tradisional
Aspek | Manajemen Tradisional | Coaching Leadership |
Fokus Utama | Kontrol tugas dan hasil | Pengembangan kinerja & potensi jangka panjang |
Gaya Komunikasi | One-way (command and control) | Dua arah, berbasis pertanyaan |
Pengambilan Keputusan | Terpusat pada manajer | Kolaboratif bersama tim |
Dampak Jangka Panjang | Kepatuhan sementara | Motivasi dan komitmen berkelanjutan |
Bagaimana menjadi Manajer sekaligus Coach yang aktif?
- Latih Keterampilan Bertanya
Gunakan pertanyaan terbuka seperti:
- “Apa yang ingin kamu capai?”
- “Hambatan apa yang kamu hadapi?”
- “Opsi apa yang sudah kamu pertimbangkan?”
- Berikan Umpan Balik Membangun
Gunakan feedforward, fokus pada solusi ke depan. - Dengarkan Secara Aktif
Pahami tidak hanya kata-kata, tetapi juga bahasa tubuh dan emosi. - Bangun Kepercayaan
Ciptakan ruang aman untuk berdiskusi dan belajar. - Gunakan Model GROW
- G – Goal: Tentukan tujuan
- R – Reality: Analisis situasi saat ini
- O – Options: Eksplorasi pilihan
- W – Will: Tetapkan komitmen
John Whitmore menegaskan bahwa manajer yang menjadi coach adalah aset strategis organisasi. Dengan coaching, manajer tidak hanya memimpin, tapi juga menumbuhkan potensi manusia di balik kinerja.
Tantangan dalam Menerapkan Coaching
- Keterbatasan Waktu: Integrasikan coaching ke percakapan harian.
- Mindset Lama: Ikuti pelatihan dan mentoring.
- Resistensi Tim: Bangun kepercayaan dengan menunjukkan manfaat nyata.
Manfaat Jangka Panjang Budaya Coaching
- Produktivitas meningkat
- Retensi karyawan lebih tinggi
- Inovasi lebih sering muncul
- Karyawan lebih percaya diri dan mandiri
- Budaya kerja sehat dan kolaboratif
Tingkatkan kemampuan coaching Anda untuk memimpin dengan lebih efektif.
Bergabunglah dalam program pelatihan bersama tim ahli Qando Qoaching dan rasakan transformasi dalam kepemimpinan Anda.
📍 https://campsite.bio/qqgroup
📲 Ikuti media sosial Qando Qoaching untuk tips dan update pelatihan terbaru.
Mari Bersama Melangkah Menuju Indonesia Hebat!