Berita & Artikel


Menemukan Kekuatan di Tengah Tanggung Jawab yang Bertumpuk

Helming

November 11-2025

Oleh: Dhania Puspa

Ada masa dalam hidup ketika semuanya terasa datang sekaligus. Di satu sisi, pekerjaan menuntut performa terbaik Anda. Email menumpuk, tenggat datang bergantian, dan ekspektasi dari kantor tak pernah benar-benar berhenti. Di sisi lain, rumah juga membutuhkan Anda—terutama ketika ada anggota keluarga yang sedang memerlukan perhatian ekstra—belum lagi anak Anda yang masih membutuhkan kehadiran Anda hampir setiap waktu.

Situasi seperti ini sering membuat seseorang berada dalam titik emosional yang berat: antara rasa bersalah, lelah, dan dilema yang tidak mudah dipecahkan. Memilih pekerjaan terasa salah, memilih keluarga juga terasa sulit. Dan di tengah itu semua, Anda tetap diharapkan berfungsi dengan baik sebagai orang dewasa.

Artikel ini ditulis untuk Anda yang sedang menjalani hari-hari penuh tekanan seperti itu. Bukan untuk memberikan solusi cepat, melainkan untuk membantu Anda melihat ulang kekuatan yang sebenarnya Anda miliki—serta menata ulang langkah agar tidak runtuh oleh beban.

Tekanan Itu Nyata, dan Tidak Ada yang Salah Jika Anda Merasa Lelah

Hal pertama yang perlu diakui adalah: Anda lelah karena Anda peduli.

Orang yang tidak peduli tidak akan seserius ini memikirkan pekerjaan. Orang yang tidak peduli juga tidak akan merasa segelisah ini ketika keluarga membutuhkan. Justru karena Anda memiliki rasa tanggung jawab besar, benturan ini terasa menyakitkan.

Kita sering terbiasa mengatakan, “Saya kuat,” padahal tubuh dan pikiran sudah memberi sinyal kelelahan. Kita terbiasa menganggap perasaan sendiri tidak sepenting itu. Kita meyakinkan diri bahwa semua orang bisa menjalankan peran ganda; jadi kita pun harus bisa.

Padahal, kelelahan bukan tanda kelemahan. Kelelahan adalah tanda bahwa Anda sedang menjalankan banyak hal penting sekaligus.

Mengapa Situasi Ini Begitu Menguras Emosi?

Kombinasi antara tuntutan profesional dan kebutuhan keluarga menciptakan konflik yang disebut role conflict. Tubuh berada di satu tempat, tapi pikiran terpecah dua. Saat sedang bekerja, Anda khawatir tentang rumah. Saat di rumah, Anda merasa bersalah meninggalkan tanggung jawab pekerjaan.

Konflik seperti ini menciptakan tiga jenis tekanan:

  1. Tekanan emosional – merasa tidak cukup di semua peran.
  2. Tekanan waktu – hari terasa selalu kurang panjang.
  3. Tekanan identitas – bingung, sebenarnya saya ini siapa? Profesional atau orang tua? Atau keduanya?

Di antara tekanan itu, rasa bersalah menjadi racun halus yang sering kali tidak disadari.

Hal yang sering kali melegakan untuk disadari adalah: jalan keluarnya bukan memilih salah satu.

Anda tidak harus menjadi pekerja sempurna yang tidak pernah absen, dan Anda juga tidak harus menjadi orang tua sempurna yang hadir 24 jam.

Yang Anda butuhkan adalah ritme, bukan pilihan. Ritme itu sangat personal. Tidak ada satu pola yang cocok untuk semua orang.

Ada orang yang bekerja sambil mengasuh anak dengan sistem giliran keluarga. Ada yang mengalokasikan waktu fokus ketika anak sedang tidur. Ada pula yang memilih komunikasi terbuka dengan kantor untuk fleksibilitas jam kerja.

Semua itu sah. Tidak ada yang salah.

Menata Ulang Ekspektasi: Dari Terbebani Menjadi Terarah

Ketika tuntutan semakin banyak, sering kali kita kehilangan kemampuan memilah mana yang benar-benar penting. Semuanya terasa mendesak.

Untuk mengembalikan ketenangan, cobalah tiga langkah sederhana:

(1) Bedakan antara “harus” dan “ingin”
Banyak hal yang kita kejar bukan karena benar-benar harus dilakukan, tapi karena kita ingin terlihat baik atau takut mengecewakan.
Mengurangi ekspektasi bukan tanda kegagalan. Itu tanda kedewasaan.

(2) Kenali hal-hal yang bisa ditunda
Tidak semua hal harus selesai hari ini.
Sering kali, keterdesakan hanya ada di kepala kita.

(3) Minta bantuan tanpa merasa bersalah
Manusia memang didesain untuk hidup saling membantu. Anda tidak perlu menjadi pahlawan setiap hari.
Meminta bantuan adalah bentuk kebijaksanaan—dan tanda bahwa Anda mengenali batas energi Anda.

Menemukan Ruang Napas di Tengah Kekacauan

Ruang napas tidak selalu hadir dalam bentuk liburan panjang.

Kadang hanya lima menit di kamar mandi. Sepuluh menit minum teh hangat. Dua menit menarik napas pelan. Atau sekadar memejamkan mata ketika anak sedang tidur.

Tidak perlu estetika sempurna.

Yang penting tubuh Anda punya jeda untuk kembali stabil.

Ketika Anda mengambil napas pelan dan teratur, Anda sedang mengizinkan tubuh untuk memulai ulang.

Ingatlah, Anda Tidak Sendirian!

Ada begitu banyak orang tua dan profesional yang mengalami hal serupa. Mereka mungkin tidak selalu terlihat lelah, tapi mereka pun sedang berjuang menyeimbangkan berbagai peran.

Anda bagian dari komunitas besar manusia yang sedang bertumbuh dan menata hidupnya kembali.

Dan yang paling penting: Anda berhak merasa rapuh.

Kerentanan bukan musuh kekuatan—itu pintu untuk menemukan cara baru memulihkan diri.

Menyeimbangkan Energi: Bukan Hanya soal Waktu, Tapi soal Fokus

Mengatur waktu hanyalah satu bagian. Yang lebih penting adalah mengatur fokus.

Cobalah membangun ritme seperti:

  • Mengerjakan satu hal penuh meski hanya 10–15 menit.
  • Menata micro-breaks di sela aktivitas rutin.
  • Menetapkan batas komunikasi dengan jelas.
  • Mengutamakan hal yang berdampak paling besar dulu.

Ketika Anda memecah masalah besar menjadi tugas kecil, beban terasa lebih ringan dan dapat dikelola.

Kelelahan emosional hadir diam-diam. Tanda-tandanya bisa berupa:

  • lebih mudah tersinggung,
  • kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya menyenangkan,
  • sulit fokus,
  • sering lupa,
  • merasa kosong,
  • tidur buruk meski lelah.

Jika tanda-tanda ini muncul, itu bukan pertanda Anda gagal. Itu pertanda tubuh Anda sedang meminta ruang untuk beristirahat.

Anda Berhak Bahagia, Bahkan di Tengah Kesibukan

Kebahagiaan tidak harus menunggu situasi membaik. Banyak orang justru menemukan kebahagiaan kecil di hari-hari paling sibuk.

Kebahagiaan kecil bisa hadir dari:

  • senyum anak,
  • obrolan ringan,
  • secangkir minuman hangat,
  • jeda singkat tanpa gangguan,
  • kata-kata penyemangat dari orang terdekat.

Momen kecil seperti inilah yang menjaga kita tetap kuat.

Di tengah tekanan dari berbagai arah, sering kali yang Anda butuhkan bukan sekadar saran, tetapi seseorang yang bisa membantu Anda melihat hidup dari sudut yang lebih jernih.

Pendampingan tidak selalu berarti konseling psikologis.

Sering kali yang diperlukan adalah:

  • ruang aman untuk bercerita,
  • panduan untuk menata ulang prioritas,
  • strategi praktis untuk menemukan keseimbangan,
  • seseorang yang bisa memberikan insight berdasarkan pengalaman nyata,
  • figur pendamping yang mendengarkan tanpa menghakimi.

Di sinilah peran tim profesional yang berpengalaman menjadi sangat berarti.

Saat Anda Siap Menata Ritme Hidup Baru, Anda Tidak Perlu Melakukannya Sendiri

Jika Anda berada di tahap hidup di mana pekerjaan menuntut banyak, keluarga membutuhkan Anda, dan energi sering terasa terkuras, ingatlah: Anda berhak mendapatkan dukungan yang tepat.

Qando Qoaching hadir dengan program New Me: Me and My Family program, supported by a team experienced in accompanying professionals, parents, and leaders to rediscover calm, clarity, and a more balanced life rhythm.

Jika Anda merasa ini waktu yang tepat untuk memulai langkah baru, Anda bisa terhubung dengan tim kami melalui campsite.bio/qqgroup. Ikuti juga media sosial Qando Qoaching untuk wawasan dan insight harian.

Anda tidak sedang gagal.
Anda sedang menguat.

Dan kami siap mendampingi Anda dalam proses tersebut.

id_ID