
November 6-2025
Oleh: Dhania Puspa
Dunia tidak lagi berjalan dalam ritme yang bisa diprediksi. Pandemi global, ketegangan geopolitik, disrupsi teknologi, hingga perubahan iklim telah menciptakan era yang penuh ketidakpastian. Dalam situasi ini, banyak perusahaan besar berguguran. Namun, menariknya, banyak bisnis keluarga justru tetap bertahan — bahkan tumbuh.
Mengapa demikian?
Jawabannya terletak pada satu kata kunci: ketahanan.
Bisnis keluarga memiliki karakter unik: mereka tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga pada hubungan, nilai, dan keberlanjutan lintas generasi. Namun, di tengah dunia yang terus berubah, nilai-nilai ini juga diuji. Tantangan global tidak hanya menekan bisnis secara finansial, tetapi juga mengguncang fondasi kepercayaan dan harmoni di dalam keluarga.
Artikel ini akan mengajak Anda memahami bagaimana bisnis keluarga di Indonesia — dan di seluruh dunia — dapat memperkuat ketahanan mereka di tengah ketidakpastian global, melalui kepemimpinan yang adaptif, komunikasi yang jujur, dan kolaborasi lintas generasi yang cerdas.
Dunia yang Berubah, Ujian bagi Bisnis Keluarga
Menurut World Bank (2024), pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya mencapai 2,4%, turun dari rata-rata 3,1% sebelum pandemi. Sementara itu, tingkat ketidakpastian ekonomi internasional meningkat 20% dalam lima tahun terakhir (Oxford Economics, 2024).
Kondisi ini memaksa banyak perusahaan untuk menyesuaikan model bisnis mereka. Namun, PwC Global Family Business Survey 2023 menemukan hal menarik:
70% pemimpin bisnis keluarga tetap optimis menghadapi tantangan global, dan lebih dari 65% menjadikan resilience sebagai prioritas utama mereka.
Optimisme ini bukan tanpa alasan. Bisnis keluarga umumnya memiliki visi jangka panjang dan struktur kepemilikan yang lebih stabil, sehingga mereka cenderung lebih sabar dalam menghadapi masa sulit dibandingkan perusahaan publik yang didorong oleh tekanan jangka pendek dari pasar saham.
Namun demikian, ketahanan bisnis keluarga tidak terjadi secara otomatis. Ia harus dibangun, dijaga, dan diperbarui seiring waktu — terutama ketika dunia terus berubah dengan cepat.
Nilai Keluarga Sebagai Pondasi Resiliensi
Setiap bisnis keluarga memiliki DNA yang khas — kumpulan nilai, kepercayaan, dan cerita yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Inilah yang membedakan mereka dari perusahaan non-keluarga.
Nilai seperti kejujuran, kerja keras, kesetiaan, dan kebersamaan sering menjadi energi yang menjaga keluarga tetap kompak. Namun di era krisis, nilai-nilai ini diuji:
- Apakah keluarga mampu menempatkan kepentingan bersama di atas ego pribadi?
- Apakah komunikasi masih terbuka ketika tekanan datang dari luar dan dalam?
Menurut riset IMD Family Business Center (2023), bisnis keluarga yang secara aktif memperkuat nilai inti mereka memiliki kemungkinan bertahan 42% lebih tinggi saat menghadapi krisis besar.
Nilai-nilai ini menjadi jangkar moral di tengah badai ketidakpastian. Mereka memberi arah, bahkan ketika peta bisnis berubah.
Tantangan Generasi: Menyatukan Tradisi dan Inovasi
Salah satu ujian terbesar dalam bisnis keluarga di era global adalah perbedaan perspektif antar generasi.
Generasi pendiri biasanya menekankan stabilitas, efisiensi, dan kehati-hatian. Sementara generasi penerus — yang tumbuh di era digital — lebih terbuka terhadap risiko, inovasi, dan kecepatan.
Ketika krisis datang, dua pandangan ini bisa saling berbenturan. Yang tua ingin bertahan dengan cara lama, sementara yang muda ingin bereksperimen.
Namun justru di sinilah peluang terbesar muncul. Keluarga yang mampu mengubah perbedaan menjadi kekuatan kolaboratif akan menjadi keluarga yang tangguh.
Menurut Deloitte Family Business Report (2024), perusahaan keluarga yang memiliki kolaborasi lintas generasi aktif memiliki 30% tingkat inovasi lebih tinggi dan 25% lebih cepat pulih setelah krisis ekonomi dibandingkan yang dikelola hanya oleh satu generasi.
Kuncinya bukan memilih siapa yang benar — tetapi menciptakan ruang dialog di mana kedua generasi bisa belajar dan beradaptasi bersama.
Tata Kelola Keluarga: Pilar Ketahanan yang Sering Diabaikan
Dalam banyak kasus, bisnis keluarga tidak runtuh karena pasar — melainkan karena konflik internal.
Perbedaan pandangan, kepentingan pribadi, atau warisan emosional masa lalu sering kali menjadi sumber ketegangan.
Di sinilah pentingnya family governance atau tata kelola keluarga.
Tata kelola keluarga bukan hanya soal struktur formal, tetapi juga sistem komunikasi, pembagian peran, dan pengambilan keputusan yang adil dan transparan.
Menurut PwC 2023, hanya 23% bisnis keluarga di Asia Tenggara yang memiliki tata kelola keluarga formal. Padahal, mereka yang memiliki sistem ini cenderung 50% lebih stabil saat menghadapi krisis ekonomi.
Dengan tata kelola yang jelas, bisnis keluarga tidak mudah retak oleh konflik internal, dan setiap anggota tahu perannya — baik dalam keluarga maupun dalam perusahaan.
Kepemimpinan Adaptif di Tengah Ketidakpastian
Krisis global memerlukan pemimpin yang fleksibel, visioner, dan empatik.
Kepemimpinan di bisnis keluarga memiliki kompleksitas ganda: bukan hanya memimpin perusahaan, tetapi juga memimpin hubungan keluarga.
Pemimpin keluarga yang adaptif memiliki tiga karakter utama:
- Kejelasan – Mampu mengkomunikasikan arah dan prioritas dengan jernih.
- Empati – Memahami tekanan emosional anggota keluarga dan karyawan.
- Keberanian – Berani mengambil keputusan sulit tanpa kehilangan nilai-nilai inti.
Sebagai contoh, Sukanto Tanoto (RGE Group) atau Anthony Salim (Salim Group) dikenal tidak hanya karena kemampuan bisnisnya, tetapi juga karena kemampuan mereka membangun kesinambungan lintas generasi dan beradaptasi dengan dinamika global.
Pemimpin seperti ini tidak sekadar menjaga bisnis tetap hidup, tetapi juga menumbuhkan jiwa kolektif keluarga untuk terus berkembang bersama.
Transformasi Digital dan Ketahanan Bisnis
Krisis global telah mempercepat digitalisasi hampir di semua sektor.
Bagi bisnis keluarga, ini bukan sekadar tren, tapi kebutuhan strategis.
Generasi muda keluarga biasanya membawa semangat inovasi digital — dari e-commerce, data analytics, hingga AI. Namun banyak bisnis keluarga masih tertahan oleh kekhawatiran generasi senior: takut kehilangan “sentuhan manusiawi” yang menjadi ciri khas bisnis mereka.
Padahal, keseimbangan antara tradisi dan teknologi justru menciptakan ketahanan baru.
Data dari EY Family Enterprise Barometer (2024) menunjukkan bahwa 67% bisnis keluarga yang berinvestasi pada teknologi digital sejak pandemi kini memiliki tingkat profitabilitas yang lebih stabil dibanding yang tidak bertransformasi.
Digitalisasi bukan berarti meninggalkan nilai-nilai lama — melainkan memperluas cara mereka menyalurkannya ke dunia yang lebih luas.
Emosi, Kepercayaan, dan Ketahanan Psikologis
Krisis bukan hanya soal keuangan — tapi juga soal emosi.
Dalam bisnis keluarga, dinamika emosional sangat kuat karena hubungan darah dan bisnis bercampur menjadi satu.
Ketika tekanan meningkat, mudah sekali muncul rasa saling menyalahkan, kecewa, atau kehilangan arah.
Itulah mengapa ketahanan psikologis keluarga bisnis menjadi faktor penting dalam bertahan di masa krisis.
Menurut studi KPMG (2023), bisnis keluarga dengan tingkat kepercayaan internal tinggi mampu memulihkan kinerja 35% lebih cepat setelah guncangan besar.
Kepercayaan adalah mata uang emosional yang nilainya bahkan lebih tinggi dari modal finansial.
Keluarga yang saling percaya dapat melewati badai apa pun — karena mereka tahu, mereka tidak berjalan sendirian.
Regenerasi dan Visi Jangka Panjang
Ketika dunia tak pasti, regenerasi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan.
Banyak bisnis keluarga gagal bertahan bukan karena kekurangan strategi, tetapi karena tidak mempersiapkan generasi penerus.
Hanya 30% bisnis keluarga yang berhasil bertahan hingga generasi kedua, dan hanya 12% yang mencapai generasi ketiga (Family Firm Institute, 2023).
Artinya, regenerasi harus direncanakan sejak dini — bukan hanya dalam hal kepemilikan, tetapi juga dalam hal leadership capacity.
Generasi muda perlu diberi ruang untuk belajar, gagal, dan berinovasi. Sementara generasi lama perlu memberi bimbingan tanpa mendominasi.
Kombinasi antara kebijaksanaan lama dan keberanian baru adalah kunci untuk menciptakan visi jangka panjang yang relevan dan berkelanjutan.
Membangun Bisnis Keluarga yang Tangguh: Strategi Praktis
Berikut beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan untuk memperkuat ketahanan bisnis keluarga di masa krisis global:
- Perkuat komunikasi keluarga.
Jadwalkan forum rutin untuk membahas bisnis dan hubungan personal secara terbuka. - Tegakkan struktur tata kelola keluarga
Bentuk family council atau family constitution untuk menghindari konflik. - Diversifikasi bisnis dan sumber pendapatan
Jangan bergantung pada satu sektor atau pasar saja. - Kembangkan kapasitas generasi penerus.
Libatkan mereka dalam proyek nyata, bukan sekadar simbolis. - Bangun budaya belajar berkelanjutan
Ikuti pelatihan, coaching, dan forum bisnis keluarga untuk terus memperbarui wawasan. - Prioritaskan kesejahteraan emosional
Ketahanan mental keluarga sama pentingnya dengan ketahanan finansial. - Integrasikan teknologi dan keberlanjutan
Investasi pada digitalisasi dan green innovation bukan lagi tren — tapi kebutuhan.
Menjadi Keluarga Bisnis yang Tumbuh dari Krisis
Pada akhirnya, ketahanan bukan berarti tidak pernah jatuh.
Ketahanan berarti mampu bangkit dengan versi yang lebih bijak dan lebih kuat.
Bisnis keluarga yang tahan lama bukan yang paling kaya atau paling besar, tetapi yang mampu menjaga makna dan tujuan mereka di tengah perubahan.
Ketika dunia terus bergerak tanpa kepastian, keluarga yang bersatu dengan visi yang jelas akan selalu menemukan jalannya.
Karena di balik setiap keputusan bisnis, ada ikatan manusia yang tak ternilai: kepercayaan, kebersamaan, dan harapan akan masa depan yang lebih baik.
Bangun Ketahanan Bisnis Keluarga Anda bersama Qando Qoaching
Di Qando Qoaching, kami percaya bahwa ketahanan bisnis keluarga berawal dari komunikasi, kesadaran, dan kepemimpinan yang sehat.
Melalui program pelatihan dan coaching Family Business, kami membantu Anda dan keluarga menemukan keseimbangan antara nilai tradisi dan tantangan modern, agar bisnis tidak hanya bertahan — tetapi juga berkembang dengan makna.
Mari temukan cara baru untuk memimpin, beradaptasi, dan tumbuh bersama keluarga Anda.
Kunjungi https://campsite.bio/qqgroup dan ikuti media sosial kami untuk insight dan program terbaru.
Qando Qoaching – Mari Bersama Melangkah Menuju Indonesia Hebat.
